Ciri khas dari kota
purwakarta pada masa penjajahan belanda:
Masjid Agung Purwakarta pada tahun 1920-1935 (dibangung
atas perintah Raden Tumenggaung Aria Sastradipura I, bupati ke-12, menjabat tahun 1854-1863)
Antara tahun
1819-1826 Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris yang
ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur Jendral Van Der Capellen. Dengan demikian Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun 1820,
meliputi wilayah tanah yang terletak di sebelah Timur sungai Citarum/Cibeet dan sebelah Barat sungai Cipunagara.Dalam hal
ini kecuali Onder Distrik Gandasoli, sekarang Kecamatan Plered pada waktu
itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai Bupati I Kabupaten Karawang yang
dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata dari Bogor dengan
gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibukota kabupaten di Wanayasa.
Pada masa
pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat, pada tahun 1830 ibu
kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan
besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2.
Pembangunan
dimulai antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud,
Pembuatan Gedung Karesidenan, Pendopo, Mesjid Agung, Tangsi Tentara di Ceplak,
termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing. Pembangunan terus
berlanjut sampai pemerintahan bupati berikutnya.
Objek wisata
yang ada di kota purwakarta:
Wisata alam
yang ada di purwakarta:
·
Waduk Jatiluhur, dengan
luas 8.300 ha terletak ±9 km dari kota Purwakarta menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan menarik seperti : dayung, selancar
angin, ski air, power boating, perahu layar, dan kapal pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan bungalow,
bar dan restoran, lapangan tenis, kolam renang dengan water slide, gedung pertemuan dan
playground. Bagi wisatawan remaja, tersedia
pondok remaja serta lahan yang cukup luas untuk kegiatan outbond dan perkemahan yang letaknya diperbukitan diteduhi pepohonan. Di
perairan Waduk Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri.
Di waktu siang atau malam kita dapat memancing sambil menikmati ikan bakar. Khusus untuk educational
tourism, yang ingin mengetahui seluk beluk waduk ini, Perum Jasa Tirta II menyediakan tenaga ahli.
·
Danau Cirata, dengan
luas 62 km2 berada pada ketinggian 223 m DPL dikelilingi oleh perbukitan. Jika
melakukan perjalanan dari kota Purwakarta melalui Plered, akan tiba di Cirata
dalam waktu ±40 menit dengan jarak sejauh 15 km. Dalam perjalanan akan melewati
pusat perdagangan peuyeum Bendul dan Sentra Industri Keramik Plered disamping menikmati
keindahan alam di sepanjang jalan Plered-Cirata.
·
Situ Wanayasa adalah danau alam yang berada pada ketinggian 600 m
DPL dengan luas 7 ha, terletak ±23 km dari kota Purwakarta dengan udara yang
sejuk berlatar belakang Gunung Burangrang.
Wisata
Budaya:
- Gedung Negara, dibangun tahun 1854 pada masa
kolonial Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Kini Gedung Negara menjadi Kantor Bupati
Purwakarta.
- Gedung Karesidenan, seusia dengan Gedung Negara
dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Kini menjadi Kantor
Badan Koordinasi Wilayah IV terletak di Jalan KK. Singawinata.
- Mesjid Agung, terletak di samping Gedung
Negara dibangun pada tahun 1826 pada masa kolonial Belanda. Mesjid ini
mulai dipugar pada tahun 1993 dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan
nilai sejarahnya, kemudian diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun
1995.
- Sentra Industri Keramik Plered, terletak di Desa Anjun ±13 km
dari kota Purwakarta. Industri ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1904
menghasilkan keramik berkualitas diekspor ke manca negara antara lain Jepang, Belanda, Thailand, dan Singapura. Jenis keramik yang dihasilkan antara lain
gerabah, terakota dan porselen.
Kuliner yang ada di purwakarta:
1.Sate Maranggi
Pada mulanya sate maranggi yang
terkenal adalah Maranggi Mang Udeng yang berjualan di Kecamatan Plered,
tepatnya disekitar terminal Plered. Kemudian berkembang tempat-tempat jualan
sate maranggi lainnya mulai dari daerah Wanayasa, Bojong sampai ke Bungursari.
Sate maranggi biasanya terbuat dari
daging kambing atau daging sapi. Cita
rasa yang membedakan sate maranggi dengan sate lainnya adalah bumbunya terbuat
dari kecap yang memiliki cita rasa paduan manis, asam, dan
pedasyang menyentuh lidah kala menikmati sate berbumbu khas
ini. Paduan rasa yang menggoda selera ini muncul karena bumbu sate maranggi
terbuat dari kecap, sambal cabai hijau ditambah sedikit cuka lahang
(cuka yang terbuat dari tebu). Saat disajikan, bumbu kecap itu dilengkapi
dengan irisan bawang merah dan tomat segar.
Biasanya sate maranggi dihidangkan dengan ketan bakar atau nasi timbel.
Rumah makan atau tempat jualan sate
maranggi yang cukup terkenal saat ini adalah Sate maranggi H. Oking di
Wanayasa, Sate Maranggi Cihuni, sate maranggi Haji Rasta di Cibungur, sate
maranggi Anwar di Pondoksalam, sate maranggi H. Nadi di Cibogo Kecamatan Plered
dan Saung marangi di Jl. Kapten Halim. Di masing-masing tempat ada sedikit
perbedaan rasa dan penyajian, tapi yang jelas semuanya mempunyai predikat……
ma’nyus….lazisss.
2.Ayam Goreng dan Sambel Sajolna
Apabila anda menyusur jalan Basuki
Rahmat tidak jauh dari jembatan Cikao, tepatnya Jl Letjen Basuki Rahmat
157Purwakartaada rumah makan dengan nama ‘Sajolna’. Rumah makan ini bermula
hanya sebuah warung makan kecil. Tapi lambat laun, karena banyak yang suka
dengan sambel dadakan dan ayam goreng yang gurih dan nikmat, rumah makan makan
iniberkembang menjadi rumah makan yang cukup besar.
Ayam goreng yang disajikan mempunyai
cita rasa yang khas, ada rasa manis gurih dengan ayam kampung yang sangat
empuk. Dipadu dengan rasa sambel hejo yang pedas segar, dijamin pengunjung akan
ketagihan untuk kembali datang ke rumah makan ini.Menu lainnya adalah ikan mas
goreng, sayur lalab mentah maupun yang sudah direbus, goreng peda, karedok dan
makanan khas sunda lainnya.
3.Rumah MakanCiganea
Pada mulanya rumah makan Ciganea ini
merupakan rumah makan tempat istiratahatperjalanan bis antar-provinsi, yaitu
rute Jakarta-Bandung atau sebaliknya. Namun setelah bebarapa tahun silam,
khususnya setelah jalan tol Cipularang dioperasikan, rumah makan ini tidak lagi
menjadi tempat istirahat bis antar-provinsi. Pengunjungnya adalah kalangan
menengah atas yang memang warga Purwakarta atau dari luar Purwakarta.
Lokasi rumah makan ini cukup
strategis, yaitu tepat arah pintu keluar Jatiluhur jalan tol Cipularang. Oleh
karenanya banyak para pengunjung rumah makan ini, yang sengaja singgah untuk
makan, dalam perjalanannya menuju Bandung atau Jakarta via jalan tol Cipulrang.
Rumah makan ini menyajikan menu hidangan
masakan khas Sunda. Ada goreng ikan mas, goreng ayam, gepuk, sayur asam
dintambah sambel terasi dan sebagainya.
4.Rumah makan ‘Soto Sadang’
Rumah makan ini dinamakan Soto
Sadang, karena memang lokasi awalnya terletak di Sadang Purwakarta. Tepatnya di
persimpangan jalan raya menuju Jakarta dengan rel kereta api. Tapi semenjak
dibangunnya jalan layang, rumah makan ini pindah ke arah kota Purwakarta, yaitu
di Jalan Veteran.
5.Rumah Makan Lainnya
·Rumah makan ‘sambel hejo’
memiliki ciri khas yaitu sambel cabe hijau dan cabe gendot yang lumayan
pedasnya. Juga perkedel goreng berbentuk bulat seperti bakso yang sangat gurih
rasanya dan garing. Selain itu juga tersedia sop buntut yang sangat lezat.
Lokasi rumah makan ini persis berdampingan dengan rumah makan Ciganea.
Pengunjung dipersilahkan memilih hendak dimana makan. Tapi yang jelas kedua
rumah makan ini, mempunyai hidangan yang cita rasanya sulit dilupakan.
·Rumah makan Ibu Haji Ciganea. Ciri
khas rumah makan ini adalah goreng ikan mas yang gurih dan goreng ikan mas
kecil yang renyah karena digoreng kering. Selain goreng ikan mas, di rumah
makan ini juga tersedia menu hidangan masakan khas Sunda lainnya berikut
lalap-lalapannya. Seperti Ayam goreng kampung, gepuk, perkedel jagung atau
udang, pencok kacang panjang atau pencok leunca ekstra pedas. Tak lupa, menurut
pendapat banyak pengunjung, yang istimewa di Ciganea, tentu lalabnya yang
direbus matang. Penggemar daun singkong, daun pepaya dan waluh rebus, bakal
dimanjakan di tempat ini.Lokasi rumah makan ini bisa ditemui di Jalan Veteran
Purwakarta atau di Jalan Raya Pramuka yang menjadi jalur Bandung- Purwakarta
tidak melalui jalur tol Cipularang.
·Rumah makan ‘Ibu Haji Ani’
lokasinya di jalur jalan Ir. Haji Juanda atau jalan menuju ke arah Bendungan
Jatiluhur. Menu hidangan utama rumah makan ini adalah berbagai aneka pepes. Ada
pepes ikan mas, pepes ikan teri, pepes jeroan, pepes ayam dan sebagainya.
Pokoknya keinginan pengunjung akan segala macam pepes, dapat ditemui di rumah
makan ini.
·Rumah makan ‘Pak Yadi’. Rumah
makan ini terkenal dengan ikan bakar betutu yang enaknya luar biasa. Ikan
betutu yang bentuknya mirip ikan sapu-sapu dalam ukuran besar, memiliki
keunikan tersendiri. Ikan ini hidup di tepian danau Jatiluhur, tidak diternakan.
Ditangkap dengan cara dipanjcing atau dijaring. Ikan ini mampu bertahan hidup
di darat selama delapan jam tanpa diberi air sedikitpun. Kelebihan dari ikan
bakar batutu adalah dagingnya yang tebal, empuk, gurih dan memiliki kadar
protein tinggi. Selain ikan bakar Betutu, tersedia juga ikan bakar dari
berbagai jenis. Bahkan ayam bakar pun ada (biasa disebut ‘bakakak’). Rumah
makan ini berada tepat di tepi danau Jatiluhur, tepatnya di Kawasan wisata
Jatiluhur.
*) Sebenaranya masih banyak tempat-tempat makan yang
enak dan khas di Purwakarta, namun karena keterbatasan waktu peliputan,
artikelnya akan kami muat dalam kesempatan lain
Aneka Jajanan Khas
Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Purwakarta
pulang tanpa membawa oleh-oleh. Makanan khas yang sering dijadikan oleh-oleh
adalah Simping. Cemilan ini berbentuk lingkaran pipih, umumnya berwarna putih
dan sangat renyah. Bahan utamanya terbuat dari campuran tepung terigu dan
tapioka yang dibentuk adonan, kemudian dipanggang dengan alat khusus. Sentra produksinya
ada di daerah Kaum Purwakarta, tidak jauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten
Purwakarta. Simping tersedia dengan aneka rasa, ada rasa pandan, nangka, cabai,
bawang, udang, keju, kencur, pisang dan susu.
Selain kue simping, ada juga penganan unik lainnya,
yaitu Tape Bendul (Sunda: Peuyeum Bendul). Tape bendul terbuat dari bahan baku
singkong, diberi ragi dan difermentasi selama satu malam. Peuyeum Bendul ini
berbeda dengan tape umumnya, bentuknya lebih besar dan dijajakan dengan
digantung. Pemandangan Peuyeum Bendul ini bisa dilihat jika melintas dari
Cikampek lalu menyusuri Jalan Raya Bungursari, di kiri kanan jalan akan
terlihat warung-warung makanan yang menjual Peuyeum Bendul itu. Demikian pula
bila menyusuri jalan raya di Wilayah Kecamatan Darangdan dari Bandung Menuju
Purwakarta, di kira kanan jalan juga banyak didapati warung-warung makanan yang
menjual Peuyeum Bendul. Jenis tape ini banyak dipruduksi di daerag Desa
Sukatani dan Desa Cibodas.
Jajanan khas
lainnya adalah gula aren Cikeris, manisan pala, teh hijau, colenak, dan opak. Tak
ketinggalan pula di Purwakarta terdapat buah Manggis yang berbeda dengan rasa
manggis dari daerah lain. Buah manggis ini sudah diekspor keluar negeri, karena
terkenal dengan rasanya yang manisdan segar.
Keunikan
yang ada di purwakarta:
1. Gedung
Keresidenan
Gedung
Karesidenan berada di Jl. K.K. Singawinata sebelah selatan Situ Buleud. Secara
administratif termasuk di wilayah Kampung Upas, Kelurahan Nagri Kidul,
Kecamatan Purwakarta. Pembangunan Gedung Karesidenan berkaitan erat dengan
position Purwakarta sebagai ibukota Karesidenan Karawang. Pada awal masa
pemerintahan Bupati Sastra Adiningrat I (tahun 1854), Purwakarta menjadi
ibukota Keresidenan Karawang. Akan tetapi, untuk beberapa waktu lamanya,
residen Karawang tetap berkedudukan di kota Karawang. Dalam waktu tertentu ia
datang ke Purwakarta. Hal itu disebabkan di kota Purwakarta belum dibangun
gedung keresidenan dan belum ada sarana transportasi yang memadai. Kedudukan
kota Purwakarta sebagai pusat pemerintahan keresidenan, telah menimbulkan
perubahan situasi kota tersebut. Sejak waktu itu dinamika kehidupan di kota
Purwakarta makin mengarah pada kehidupan modern.
Gedung
Keresidenan
Gedung
Keresidenan di Purwakarta baru dibangun seiring dengan pembangunan jalan kereta
api antara Batavia â€" Padalarang lewat Purwakarta pada awal abad ke-20.
Jalur kereta api Karawang â€" Purwakarta (41 kilometer) diresmikan tanggal
27 Desember 1902. Jalur itu sampai di Padalarang tahun 1906. Dengan demikian,
gedung keresidenan di Purwakarta mungkin dibangun sekitar tahun 1902.
Setelah
gedung keresidenan selesai dibangun dan transportasi kereta api Batavia
â€" Padalarang lewat Purwakarta dibuka, residen Karawang pindah dari
Karawang ke Purwakarta. Keberadaan gedung keresidenan dengan arsitektur modern,
mengubah suasana kota mengarah ke kota modern.
Bentuk dan
gaya bangunan itu mirip dengan Gedung Pakuan (bekas Gedung Keresidenan
Priangan) di kota Bandung. Lantai bangunan ditinggikan sekitar 0,5 m dari
halaman. Untuk memasuki bangunan utama terdapat dua jalan berupa tangga yang
terdapat di bagian tengah. Ruangan yang berada fencing depan merupakan serambi
terbuka beratap seperti kanopi dari bahan seng. Tiang penyangga atap serambi
berbentuk segi delapan dengan gaya khas kolonial dari bahan kayu. Pembatas
serambi depan bagian bawah merupakan semacam pagar kayu bermotif trawangan.
Pada bagian serambi depan ini terdapat dua kamar yang berada di ujung kanan dan
kiri. Pintu masuk kamar berhadap-hadapan pada sisi dalam. Jendela kamar berdaun
ganda. Daun jendela bagian luar merupakan jendela kayu disusun bersap-sap
(jalusi) dan bagian dalam jendela kaca. Serambi dan ruang dalam dihubungkan
oleh pintu depan yang bentuknya seperti pintu kamar. Atap bangunan utama dari
bahan genteng berbentuk persegi. Antara atap bangunan utama dan atap serambi
terdapat lubang ventilasi yang ditutup dengan ukiran kayu trawangan bermotif
bintang atau bunga bersudut. Hiasan seperti ini juga terdapat pada bagian
samping.
Di kanan dan
kiri bangunan utama terdapat bangunan semacam paviliun beratap rumah kampung
memanjang ke belakang. Antara pavilyun dan bangunan induk dihubungkan melalui
koridor terbuka (doorloop). Sekarang gedung Karesidenan difungsikan untuk
kantor Badan Koordinasi Wilayah Purwakarta.
3. Gedung
Negara
Gedung
Negara yang dibangun semasa zaman kolonial Belanda tahun 1854 dengan gaya
arsitektur Eropa, kini berdiri megah sebagai Kantor Bupati Kabupaten
Purwakarta, tepatnya di Jalan Gandanegara No.25. Disamping gedung ini
arsitekturnya antik, juga memiliki nilai sejarah perjuangan bagi masyarakat
Purwakarta, baik di masa Pemerintahan kolonial Belanda maupun Pemerintahan
Jepang.
Gedung
Negara
4. Stasiun
KA
Salah satu
bangunan pusaka lainnya di Purwakarta yang bisa Anda kunjungi dan lihat dari
dekat adalah stasiun kereta api, yang dibangun secara bertahap pada masa
kolonial Belanda antara tahun 1881-1884 dan diresmikan pada tanggal 27 Desember
1902. Bangunan ini memiliki arsitektur yang khas sesuai dengan fungsinya.
Sampai saat ini, bangunan ini tidak mengalami perubahan. Jika Anda
berkesempatan mengunjungi stasiun ini, jangan lupa untuk membawa kamera karena
ada beberapa sudut yang bagus untuk fotografi. Atau bila tersedia waktu lebih
banyak, buatlah tur stasiun kereta api dengan memasukkan unsur Stasiun KA
Purwakarta sebelum melanjutkan ke daerah sebelum metropolis yang memiliki image
menakjubkan.
Stasiun KA
Kesenian dan kebudayaan kota purwakarta:
1. Kuntulan
Seni Kuntulan merupakan seni yang
bernafaskan islami, berbentuk waditra qosidah atau tagoni diiringi musik dan
tarian bernuansa silat. Para pemainnya berbaris seperti burung kuntul,
menyuguhkan jurus-jurus silat atraktif, sementara penabuhnya menyanyi sambil
menari. Jumlah pemain sebanyak 22 orang, memakai pakaian pangsi, jubah
putih-putih dan peci kerepus. Alat kesenian yang dimainkan, adalah
genjring dan bedug besar. Waktu pementasan sekitar 30 menit. Fokus
atraksinya terletak pada ketangkasan gerak dalam gerak memainkan 11 jurus silat
Sechbandar. Jamiatu Suban yang
beralamat di Dusun Sukahaji Kelurahan nagri Kidul, adalah salah satu
grup kesenian Kuntulan yang telah memiliki nama dan
reputasi.
2. Buncis
Seni Buncis merupakan seni atraktif dan variatif,
karena terdapat unsur seni tabuh, dog-dog, angklung, nyanyian, tarian lawak dan
cerita tradisional. Pemain pria, memakai celana pangsi, baju kampret dan
kain ikat kepala. Wanitanya memakai kain sinjang, baju kebaya, rambut
disanggul. Lama pentas sekitar satu jam. Alat musik yang
dipergunakan hampir sama dengan kesenian angklung atau karawitan lainnya
kecuali dog-dog kecil dan 3 buah angklung serta dipadukan dengan gamelan
(saron, boning, angklung, terompet dan bedug besar).
Seni Buncis dimainkan oleh satu orang
penabuh dog-dog, tiga orang memegang angklung dibantu tujuh nayaga serta
enam orang pemain pemeran cerita. Fokus atraksi
yang menarik dari dari seni buncis ini, terletak pada irama dan gerak serta
pesan-pesan yang disampaikan melalui dialog humor (lawak).
Grup Wikara yang beralamat
di Jalan Basuki Rahmat,Gang Rusa IV.11 Purwakarta, merupakan salah satu grup
kesenian Buncis yang telah memiliki nama dan reputasi, baik pada tingkat lokal,
propinsi maupun nasional. Seni Buncis sangat cocok dipentaskan bagi
kebutuhan dalam acara syukuran, pernikahan, helaran dan penyambutan tamu
pengunjung/wisatawan yang berkunjung di Purwakarta.
Keindahan
yang ada di kota atau kabupaten purwakarta: mereka memiliki berbagai objek wisata
yang tidak kalah menariknya dari tempat objek wisata yang anda kunjungi, sudah
saya paparkan di atas kenapa purwakarta tidak kalah menarik dari objek-objek
wisata yang sudah ada dimana purwakarta mempunyai kuliner yang khas yaitu Sate
Maranggi
pada mulanya
sate maranggi yang terkenal adalah Maranggi Mang Udeng yang berjualan di
Kecamatan Plered, tepatnya disekitar terminal Plered. Kemudian berkembang
tempat-tempat jualan sate maranggi lainnya mulai dari daerah Wanayasa, Bojong
sampai ke Bungursari. Dan masih banyak lagi kuliner-kuliner yang bisa
menggoyang lidah para wisatawan yang datang ke kota kami.
Selain itu
ada objek wisata alamnya yang tidak kalah juga yaitu Waduk Jatiluhur, dengan luas 8.300 ha terletak ±9 km dari kota
Purwakarta menawarkan sarana rekreasi dan olahraga air yang lengkap dan menarik seperti : dayung, selancar
angin, ski air, power boating, perahu layar, dan kapal pesiar. Fasilitas yang tersedia adalah hotel dan
bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, kolam renang dengan water slide, gedung pertemuan dan
playground. Bagi wisatawan remaja, tersedia
pondok remaja serta lahan yang cukup luas untuk kegiatan outbond dan perkemahan yang letaknya diperbukitan diteduhi pepohonan. Di
perairan Waduk Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri.
Di waktu siang atau malam kita dapat memancing sambil menikmati ikan bakar. Khusus untuk educational
tourism, yang ingin mengetahui seluk beluk waduk ini, Perum Jasa Tirta II menyediakan tenaga ahli.
Ini masih
sebagian yang kami info kan kepada para wisatawan untuk lebih lanjut silahkan
bapak, ibu, sdr/i datang ke purwakarta tempat kami berada, dan kami jamin para
wisatawan yang datang ke tempat kami purwakarta tidak akan rugi dan biasa aja
melainkan mau datang kembali dan mengajak teman, saudara, atau komunitasnya
untuk datang ke purwakarta.
Yosef Boris dan Ferdinan
0 komentar:
Posting Komentar